Namun, berbeda dengan ayahnya, dalam menyebarkan dakwahnya Raden Umar Sahid (Sunan Muria) lebih senang berdakwah di daerah terpencil dan jauh dari pusat kota. Tempat tinggal beliau berada di puncak Gunung Muria yang bernama Colo, di tempat tersebut beliau berinteraksi dengan rakyat jelata, dan mengajarkan cara bercocok tanam, berdagang serta melaut.
Sunan Muria dalam menyebarkan agama Islam tetap mempertahankan kesenian gamelan serta wayang sebagai alat dakwah. Beliau menciptakan beberapa tembang untuk mengamalkan ajaran Islam. Dengan cara inilah sunan Muria di kenal sebagai sunan yang suka berdakwah topo ngeli. Sunan Muria juga di kenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai macam masalah.
Dengan gayanya yang moderat dalam berdakwah ini mengikuti jejak ayahnya menyelusup lewat berbagi tradisi kebudayaan Jawa. Seperti halnya adanya adat kenduri pada hari tertentu setelah kematian yang kemudian di ganti dengan nelung dino sampai nyewu yang tak di haramkannya, Tradisi membakar menyan atau sesaji di ganti dengan berdo’a dan bersholawat.
Remember to subscribe:
Dapatkan buletin harian kami | Berlangganan gratis SUSCRIBIRSE
0 comments:
New comments are not allowed.